Kali ini tentang cinta. Cerdasnya itu orang yang bisa menghubung-hubungkan bait-bait alfiyah dengan cinta. Mewakili kegamanganku pula isinya. Wes jannn… santri Sarang!!! Ini saya beri sedikit tambahan kata-kata dari saya. Meskipun begitu, ide pokoknya tetap dari teman saya itu. Sayangnya, sepertinya ada yang terdistorsi karena keteledoran saya. Mau nyari lagi ketemunya lama… Ah, ya udah ini dulu ya ^_^
“Faqod yakunaani munakkaroini, kama yakunaani mu’arrofainiโ
“Alfiyah Ibnu Malik bab Atof bait 537”
Terkadang pasangan suami istri itu
ditemukan secara kebetulan sama tidak mengenalnya, dan terkadang keduanya sudah mengenal sejak kecil.
Menikah adalah saat dimana ketidaksempurnaan bukan masalah yang di permasalahkan
Saat dimana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih
Saat dimana kesendirian dicampakkan sebagai kebersamaan
Saat dimana kesetiaan harga mati yang tak bisa dilelang
Gadis perawan bagaikan penghalang dan satir bagi laki-laki yang mau mendekati, tapi dengan rendah diri akan berhasil memikatnya
Biarlah aku berbicara padanya dengan selembar kertas dan pena. siapa tahu dia mau menerima cintaku tanpa sesal
“Aku cinta kamu, andai kau mencintaiku seperti aku mencintaimu, maka kau akan gila karena mencintaiku”.
Ingat, jangan mencintai seseorang dari harta dan kedudukannya!
“Lirrof’i wan nashbi wajarrinas sholaah, ka’rif binaa fainnanaa nilnaal minaah”
Alfiyah ibnu Malik bait 58
Kemewahan, kedudukan dan kekurangan tidak menyebabkan kebaikan dalam bercinta (berumah tangga) seperti kau ketahui apa yang kita dapatkan”
Sebagaimana yang diterangkan di BAIT yang lain
“Muwaafiqon fillafdhi wal ma’na lahu mumaatsilun lam yughi ‘anhu ghairuhu”
Saling menyocoki seia sehati, bisa menjadi contoh keluarga dan tidak membutuhkan selainnya.
โWa’ulqotun haashilatun bitaabi’i ka’ulqotin binafsil ismil waqi’iโ
cinta yang kita sambung dengan surat menyurat atau sms, bagi diri ini samalah artinya dengan kehadiranmu, karena kehadiran suratmu itu bagai bayang wajahmu yang hadir di depanku.
Sumber : Dian Sofia