Home / Cerpen / “Impian”

“Impian”

Bisakah kalian bayangkan seberapa menyedihkannya menjadi gadis kecil berusia 3 tahun yang harus melakukan operasi pengangkatan penyakit yang ada di tubuhnya dan terbaring di rumah sakit selama berbulan-bulan?Bahkan ketika umurnya menginjak 8 tahun, dia harus kembali melakukan operasi di telinga kanannya yang tersumbat .

Ya,Gadis malang itu adalah aku,Anyta Alfaira,anak ke 7 dari 9 bersaudara yang hidup dalam segala keterbatasan .Sejak hari di mana aku di haruskan menjalankan operasi untuk yang ke-2 kalinya,Aku mempunyai mimpi untuk menjadi seorang Dokter tanpa tahu seberapa banyak uang yang harus di keluarkan untuk masuk Universitas Kedokteran.Aku mengutuk diriku sendiri yang bahkan dengan mudahnya mengatakan hal itu.Andai Ayah,Ibu dan kakakku mengatakan sesuatu,Pasti mimpi gilaku takkan setinggi ini.

“Kenapa Ibu nggak pernah bilang sama Anyta ,Bu?Anyta nggak akan terlalu tergila-gila seperrti ini seandainya Ibu ngomong sama Anyta dari awal.Sekarang Anyta akan berusaha untuk menghilangkan mimpi Anyta”Tidak ada jawaban dari Ibu saat aku mengatakannya.

Beberapa bulan setelah kejadian itu,Aku sudah berhasil menyelesaikan Ujian akhir ku di SMA.Sebelum pulang ke rumah,Aku menyempatkan diri untuk menghampiri Ruang BP dan meminta pendapatnya tentang cita-citaku.

“Ibu sangat mendukung mimpimu,Anyta.Ibu akan berusaha agar kamu mendapat beasiswa kedokteran di Universitas yang kamu mau.Tetap semangat ya.Ibu orang pertama yang sangat mendukung impianmu.Tidak semua orang bisa mendapatkannya.Sekarang tugasmu adalah buktikan pada semua orang bahwa kamu bisa menggapai apa yang kamu ingin “

Sejak hari dimana aku mendapat dukungan yang begitu besar dari beberapa guru ku waktu itu, Aku memutuskan untuk lebih semangat belajar.Hingga semua buku-buku yang kakak-kakakku yang sudah terpakai dan terbengkalai di gudang pun aku mengambilnya.Pada awalnya setiap hari aku selalu berusaha mengerjakan puluhan soal-soal yang sangat membuatku pusing.Tapi semakin hari aku semakin terbiasa dan mampu mengerjakan 150 soal.Terus seperti itu hingga rasanya 150 soal yang aku kerjakan setiap hari hanya menjadi tidak seberapa.

Hari ujian masuk Universitas dibuka.Aku sangat berharap usahaku tidak sia-sia hanya sampai di titik ini.Saat mengerjakan puluhan soal di kertas putih itu aku sangat bersyukur karena apa yang selalu aku ingat dan pelajari tercantum di sana.Setelah selesai mengerjakan semua soal itu,semua calon mahasiswa di persilahkan untuk menunggu giliran tes lisan.Setelah menunggu hampir empat jam, Akhirnya pengumuman sementara keluar dan aku dinyatakan lulus.Aku segera pulang untuk memberitahukan kabar yang sangat membahagiakan ini.

“Assalamu’alaikum,Ibu.Anyta pulang.”Aku tidak menemui Ibu atau siapa-siapa di ruang depan.Ternyata mereka ada di ruang belakang dan terlihat sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting.

“Assalamualaikum.Anyta pulang.”

Tatapan semua orang tertuju padaku.Tapi entah mengapa tatapan mereka sedikit berbeda.

“Ada apa,Bu?”

“Lupakan saja mimpimu untuk menjadi Dokter,Anyta. Ibu tidak akan mampu membiayai kuliahmu yang pastinya akan menghabiskan seluruh harta kita”

Kakiku melemah.Salah satu kakakku menghampiriku dan mengajakku masuk ke kamar untuk menenangkan diri.Seketika air mataku lolos membasahi kedua pipiku.Segala usaha yang aku buat selama ini sia-sia bahkan tidak lebih dari 10 detik. Apakah aku mampu melupakan impian tertinggiku dalam waktu yang singkat?

Beberapa minggu ku lalui dengan sisa-sisa ingatan di hari yang sangat menyakitkan itu.Hampir saja setiap hari aku menyiksa diriku jika kakak ke5 ku tidak menenangkanku.

“Kamu nggak akan merasa baik hanya dengan menyiksa diri kamu sendiri.Kalau kamu memang sangat menginginkan mimpi mu yang tinggi itu, berjuang lagi lebih keras.Buktikan pada keluarga kita kalau kamu nggak akan membuat mereka rugi dengan mimpimu yang menurut mereka bisa membuat kita jatuh lebih miskin lagi.Kakak yakin kamu pasti bisa.”

2 bulan berlalu,Teman-teman ku mulai aktif memasuki Universitas baru mereka.Sedangkan aku?Aku masih duduk terdiam di dalam kamar memandangi orang-orang yang sibuk kesana kemari.Tapi aku terkejut melihat tamu yang datang.Dia adalah salah satu Dosen yang waktu itu aku temui ketika aku mengikuti Tes Masuk Universitas saat itu.Awalnya aku tidak merasa penasaran sedikitpun.Tapi kakak ke5 ku tiba-tiba masuk dan memberitahu bahwa Dosen itu ingin membawaku masuk ke Universitas Favorit itu tanpa perlu mengeluarkan sepeserpun uang karena pihak pusat memberiku Beasiswa 100% selama nilai IPK ku stabil.

Setelah beberapa tahun menempuh pendidikan di bidang yang sangat aku impikan, Di tahun 2022 aku resmi menjadi seoramg Dokter Specialis otak dan syaraf. Ibu dan semua saudaraku menangis haru saat mereka menghadiri acara peresmianku.Aku menghampiri ibu dan memeluknya bahagia.

“Anyta tahu,Allah mendengar setiap do’a yang ibu panjatkan agar aku berhasil meraih apa yang aku impikan .terimakasih,Ibu.Tanpa ibu Anyta nggak akan ada di sini sebagai seorang dokter”

About putri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.